24 Agustus 2008

Sekilas Tentang Dakwah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a-yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".

Tarbiyah

Proses tarbiyah tidak terlepas dari adanya daí dan madú atau murabbi dan mutarabbi, proses dan wajihah (lembaga). Keduanya adalah hal yang harus ada dalam proses tarbiyah. Proses tarbiyah ini memiliki tahapan sebagai berikut:

  1. tabligh (dakwah secara umum) sebagai alat propaganda

  2. da'wah fardiyah (pendekatan personal) sebagai sarana pemilihan calon mutarabbi untuk dibina.

  3. takwiniyah (pembentukan) sebagai sarana penggodokan kader agar menjadi seorang muslim sejati yang memiliki dedikasi dan semangat juang tinggi dalam menda'wahkan islam.

  4. tanfizhiyah (pelaksanaan) sebagai ajang amal untukberkiprah dalam dunia da'wah.

Murabbi (Pendidik)

Berperan sangat vital sebagai penanggungjawab jalannya proses tarbiyah. Baik buruknya perkembangan madú tergantung dari usaha para daí maupun murabbi. Maka dari itu hendaklah seorang murabbi:

  • memiliki kepribadian Islam dan dai

  • memiliki fikrah (pola pikir) dan yang benar tentang Islam, akidah yang dalam dan amal yang berkelanjutan.

  • Memiliki tsaqofah islamiyah yang cukup dan menguasai madah (materi-materi) tarbiyah.

  • berkepribadian membimbing, memabntu dan mempunyai pola hubungan sosial yang baik.

  • mempenyai kecenderungan kepada dakwah.

Mutarabbi

Untuk dapat mengikuti proses tarbiyah dengan baik, maka seorang mutarabbi hendaknya memiliki karakter:

  • berkepribadian hanif dan kesiapan menerima tarbiyah

  • memiliki niat yang kuta untuk merubah diri dan orang lain.

  • bersih dari unsur yang merugikan diri sendiri, keluarga dan orang lain

  • memiliki potensi untuk ambil bagian dalam membangun kejayaan umat.

Fiqhud-dakwah

Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.

Dakwah Fardhiyah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).

Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khutbah (pidato).

Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.

Sumber: http://www.materi-tarbiyah.com

Untukmu Murabbiku

(Didedikasikan untuk murobbiku pada khususnya, dan seluruh murobbi pada umumnya)

Dulu, ketika pertama kali aku mengenal Islam, tidak ada yang mau dengan begitu sabar menasehatiku. Sifatku yang sering bertanya dan menyangkal kadang membuat orang-orang jengkel. Mereka menganggapku bodoh, tidak mau bersungguh-sungguh, bahkan munafik. Mereka pikir aku hanya ingin dipuji orang dengan prosesku itu.

Lalu aku mengenalnya. Sosok sederhana yang sabar sekali. Tidak pernah dia memarahiku walaupun aku tidak jua bisa memahami Islam secara benar. Pertanyaan demi pertanyaan terus aku sodorkan kepadanya. Tak hanya pertanyaan yang penuh rasa keingintahuan, melainkan juga beberapa pertanyaan yang kesannya meremehkan dan menghujat. “Islam itu kan maksa? Islam itu kan kejam?” begitu yang aku pikirkan dulu.

Dia tersenyum seraya berucap lembut, “Jika engkau berpikir Islam itu kejam, itu sah-sah saja. Tapi Allah tetap sayang padamu walau apapun yang engkau katakan tentang-NYA. Ingatlah semua nikmat Allah ketika engkau hendak berpaling dari-NYA. Adakah sesuatu yang kau tidak puas?”

Ya, hanya itu yang dia katakan. Dan aku tidak merenungkannya dalam-dalam. Aku hanya menjalani apa yang menurutku baik. Meskipun aku seringkali mendengar orang berucap tentang ayat Al Qur’an:

“…boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu padahal itu tidak baik bagimu.” (QS Al Baqarah: 216)

Di hatiku, apapun yang aku yakini adalah benar. Dan apapun yang aku yakini benar adalah yang terbaik bagiku.

Tapi proses itu tidak terlalu panjang. Dia memberikan pelayanan terbaik bagiku. Dia selalu tersenyum penuh semangat tiap kali bertemu denganku. Dia perlihatkan ketegaran walupun aku sendiri tahu batapa rapuh dirinya. Dia perlihatkan cinta yang mendalam, yang itu terpancar dari matanya. Tak ada paksaan, tiba-tiba saja aku ingin meneladaninya. Aku ingin meniru ketegarannya. Aku ingin meniru semangatnya.

Sedikit demi sedikit tapi pasti, aku mulai membuka diri. Aku merasakan benar apa yang disebutkan dalam Al Qur’an:

“Maka disebabkan rahmat ALLAH-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekelilingmu.” (QS Ali Imran: 159)

ALLAH telah menurunkan cahaya hidayah-NYA kepadaku lewat sikap lemah lembut seorang sahabat, yang sekarang menjadi murobbi-ku. Karena kelembutan hatinya, karena ketegarannya, karena cintanya yang mendalam kepadaku. Demi ALLAH, baru kali ini aku merasakan indahnya persaudaraan yang berlandaskan Islam. Tidak ada saling mencela, tidak pula ada pamrih di dalamnya. Aku merasa dihargai, pun tidak pernah merasa dipaksa.

Beberapa minggu berlalu. Semakin aku mengenalnya, semakin aku menaruh simpatik dan cinta kepadanya karena ALLAH. Selama itu, belum pernah dia membuatku sakit hati. Belum pernah dia memarahiku, walau aku sadar sungguh banyak kesalahanku padanya.

Sekarang aku mulai mengerti. Keindahan Islam tidak hanya terpancar lewat pemandangan alam, danau, angin, perhiasan, dan lainnya itu. Keindahan Islam justru aku temukan lewat pandangan mata yang penuh dengan cahaya ILLAHI. Segala keindahan dan kelembutan itu terpancar melalui senyum keikhlasannya.

Ya ALLAH, teguhkanlah hati kami bersama orang-orang yang penuh keteguhan. Kuatkanlah iman kami bersama orang-orang yang penuh keimanan dan kecintaan kepada-MU. Jagalah kesucian ukhuwah ini di jalan-MU. Kami dipertemukan karena-MU. Kami pun hanya akan dipisahkan karena-MU.”

“Ya ALLAH, pada-MU kupasrahkan segala. Lindungilah dia ya Rabb. Dia murobbiku. Dia penuntunku ke jalan-MU. Muliakanlah dia bersama para kekasih-MU di surga. Amin.”

Dahsyatnya Kiamat

Ada satu kata yang kadang membuat kita gemetar. Kata yang membuat kita takut dan ngeri. Namun kelak kita akan bertemu dengan hal itu. Ialah hari kiamat. Hari berakhirnya semua kehidupan. Hari terputusnya seluruh amalan. Tiada guna lagi tangisan kita. Tiada guna lagi rintihan kita. Tiada perlindungan untuk kita..., hanya Allah. Allah saja yang bisa melindungi dan menaungi kita.

"Apabila bumi digoncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Dan manusia bertanya, 'apa yang terjadi pada bumi ini?'. Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya. Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan yang demikian itu padanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka balasan atas perbuatannya. Maka barangsiapa mengerjakan amalan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan keburukan sebesar zarrah, dia akan melihat balasannya." (QS Al Zalzalah: 1-8)

Ikhwah fillah semuanya,
Siapkah kita merasakan hari itu? Siapkah kita bertemu dengan kejadian dahsyat itu? Telah cukupkah bekal kita untuk menghadapinya? Tidakkah kita merasa malu kepada Allah bila ternyata amalan kita tak seberapa?

Sesungguhnya kelak kita akan benar-benar dalam kerugian dan penyesalan.

Allah Ta’ala berfirman:“Pada hari ketika muka mereka ditolak-balik dineraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya, andai kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu meraka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpahkan kami kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan besar.” (QS Al-Ahzab: 66-68)

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Maksudnya, mereka diseret ke neraka dengan kepala terbalik dan wajah mereka dibola-balik di Neraka Jahanam. Mereka berharap andai mereka dikembalikan kedunia, mereka akan bersama orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul.”

Sekarang mereka baru tahu, ternyata jalan yang dulu merekah tempuh itu jalan salah, sebab mereka mengikuti para pemimpin dan tokoh-tokoh mereka, yang berjalan di jalan setan. Sekarang, mereka berani mengutuk pemimpin-pemimpin mereka dan bicara kepada mereka dengan bahasa lantang, setelah sebelumnya di dunia mereka hidup sebagai pengecut, hina, tidak berani mengatakan kebenaran, dan tidak punya nyali menolak kemungkaran. Setelah mereka dilempar ke neraka dan merasakan siksanya, perasaan mereka yang tadinya membeku itu hidup kembali dan mereka menyesal kenapa tidak mengikuti jalan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Tapi, waktu itu sudah tidak ada lagi.

Sabda Rasulullah SAW yang lainnya:

“Pada hari Kiamat, leher keluar dari neraka. Leher itu punya dua mata yang bisa melihat, dua telinga yang dapat mendengar, dan lidah yang mampu bicara. Lidah leher itu berkata, ‘Aku mewakili tiga jenis manusia: orang yang menjadikan Tuhan selain Allah, orang sombong sekaligus bandel, dan para penggambar’.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).


Sahabat,
Pergunakanlah kesempatan selagi nyawa masih di badan. Sesungguhnya tiada yang sia-sia di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada dua nikmat, di mana banyak orang mengalami kerugiaan karena keduanya. Yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari)

23 Agustus 2008

tanda-tanda beriman

Banyak sekali orang Muslim di dunia ini, namun hanya sedikit yang beriman. Banyak orang yang beriman, namun sedikit sekali yang benar-benar beriman dengan perkataan, perbuatan, dan hati.
Renungkanlah beberapa indikasi berikut. Sudahkah kita memilikinya? Koreksi diri kita. Bermuhasabahlah dan hisablah iman kita sebelum kelak kita akan dihisab oleh-Nya.

1. Cinta kepada Allah
Bagaimana mungkin kita mengaku beriman, padahal kita tidak sedikitpun mencintai-Nya? Melakukan sesuatu yang dibenci-Nya, dan membenci sesuatu yang dicintai-Nya. Sungguh ironis. Padahal telah jelas cinta Allah tergambar melalui karya-Nya yang sungguh megah di muka bumi, lewat irama-Nya yang sungguh indah dalam nyanyian burung-burung, pun lewat ketundukan hati selayaknya air yang senantiasa mengalir dari hulu ke hilir dan tak pernah terbalik. Subhanallah!
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat sembahan-sembahan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Begitu pula telah tersurat jelas dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api.” (HR Bukhari-Muslim).
Ikhwah fillah, bila kita mengaku Mukmin, sudah sepatutnya kita mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Sepenuh jiwa raga.

2. Kembali dan bergantung hanya kepada-Nya.
Allah berfirman dalam QS Al Fatihah ayat 5, "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan."
Demikian gambaran yang diberikan Allah mengenai sifat orang beriman. Mereka tawakkal kepada-Nya. Dan itulah jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.
Sahabat,
Pernahkah kita dilanda sebuah permasalahan berat? Kita berlari kepada sahabat kita. Mengetuk pintu rumahnya. Lama, tidak juga dibukakan. Mengetuk lagi. Dan ketika dibukakan, bukan sambutan hangat yang kita dapatkan. Namun justru raut wajah yang ternyata juga sedang dilanda masalah. Ke mana kita harus menumpahkan permasalahan yang kita hadapi?
Kembalilah pada Allah. Teman, sahabat, atau bahkan saudara kita memang sering ada untuk kita. Tapi tidak selalu. Mereka juga punya permasalahan. Mereka punya kesibukan pula yang kadang tidak bisa ditinggalkan. Hingga dia tidak bersedia membukakan pintu untuk kita. Bagaimana dengan Allah? Dia tidak pernah menutup pintu-Nya. Dia membentangkan tangan-Nya menyambut setiap permasalahan kita. Dia membentangkan tangan untuk melimpahkan rahmat-Nya. Selalu. Dan selalu. Tak pernah tertutup untuk kita.
Bila kita mengaku beriman kepada Allah, kembalilah segera kepada-Nya. Bergantunglah hanya kepada-Nya. Allah Maha Menyelesaikan masalah.

3. Asyik dalam beribadah.
Ciri orang yang beriman adalah menikmati ketika ia sedang beiribadah kepada-Nya. Renungkan amalan ibadah kita. Sudahkah kita khusyu' dalam beribadah?
"Ya Allah, sungguh hamba malu kepada-Mu. Engkau berikan yang terbaik kepada hamba. Namun tak pernah hamba bersyukur. Jangankan menambah amalan sunnah. Amalan wajib saja kadang hanya mempergunakan waktu sisa. Maka siapalah hamba mengharap surga-Mu."
Sahabat,
Nikmati setiap detik langkahmu kepada Allah. Sungguh, Dia tidak pernah tidur. Dia Mengetahui setiap amalan kita. Tidak ada yang sia-sia. Tidak pula ada yang dirugikan oleh-Nya.

4. Rindu kepada Allah.
Ubadah bin Shamid r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah berfirman: Apabila hamba-Ku senang untuk bertemu dengan-Ku, Aku juga senang untuk bertemu dengannya. Dan jika dia tidak suka untuk bertemu dengan-Ku, Aku juga tidak suka untuk bertemu dengannya.” (HR. Bukhari, hadits shahih)
Renungkanlah. Sudahkah kita merindukan bertemu dengan-Nya? Atau barangkali kita malah ketakutan ketika harus bertemu dengan-Nya?
Rindu itu mengindikasikan cinta. Cinta memang bukan semata hanyalah rindu. Tapi rindu adalah bagian dari rasa cinta. Dan iman kita meyakini sepenuh hati bahwa kelak akan ada suatu hari dimana dunia akan hancur, di hadapan kita dihamparkan lapangan yang begitu luas. Dan di sana kelak kita akan bertemu dengan Sang Illahi Rabbi.
Sudah siapkah kita?
"Ya Allah, tumbuhkanlah rindu dalam hati ini hanya pada-Mu. Agar tiada yang hamba damba selain-Mu."

5. Tenteram bersama Allah.
Satu cuplikan ayat yang diulang-ulang dan tentu kita sudah sangat sering mendengar ataupun membacanya, "La tahzan. Innallaha ma'anaa."
Ya, jangan bersedih hati. Sesungguhnya Allah bersama kita. Bila kita sudah mencintai Allah, sudah senantiasa berserah diri kepada-Nya, sudah asyik beribadah dan berkhalwat dengan-Nya, sudah merasakan rindu yang sangat kepada Allah, maka tentunya kita akan tenteram bersama-Nya. Taka ada lagi kerisauan tentang dunia karena ia hanya tempat persinggahan kita sementara. Tak ada lagi ketakutan akan selain-Nya, karena kita yakin tidak ada Sebaik-baik Penolong kecuali Allah. Dan itulah tanda kita sudah beriman sebenar-benarnya kepada Allah. (yan)

20 Agustus 2008

MENJADI REMAJA GAUL ALA ISLAM


Temen-temen tentu udah nggak asing lagi dengan istilah ‘gaul’. Yach, tren yang udah membumi di lingkungan temen-temen. Dari mulai model baju, celana ketat, rok mini, tanktop, sampe buku-buku dan majalah nggak ketinggalan ngebahas tren itu. Tapi apa temen-temen tau, apa sih sebenernya arti gaul tersebut?

Ada yang bilang, gaul itu punya banyak temen dan punya banyak wawasan. Di mana-mana ia dikenal. Banyak yang nelponin, banyak yang ngajakin hang-out bareng, banyak yang naksir, banyak juga yang iseng gangguin. Pokoknya, layaknya superstar lah, ia dikenal di manapun berada.

Ada juga yang bilang, gaul itu ngikutin perkembangan zaman. Pokoknya, orang bisa dikatakan gaul jika ia bisa ngikutin terus perkembangan zaman paling modern. Dari bacaan modern yang ngebahas perselingkuhan artis, sampai film modern yang mengumbar nafsu dan kekerasan. Dari mulai celana gombrong di bawah mata kaki sampai celana ketat yang kesannya kayak telanjang. Dari baju kebesaran yang berumbai di mana-mana sampai kaos kekecilan model adik bayi. Semuanya diikutin. Namanya aja ngikutin tren modern!

Ada lagi yang memaknai gaul sebagai kebiasaan belanja di mall, nongkrong di kafe, jago sms-an, jago pencet HP, dan sebagainya.

Tapi apa emang cuma sebatas itu aja definisi gaul?

Dalam Islam sendiri, gaul berarti punya prinsip. Kan nggak lucu banget, kalo kita ngaku gaul tapi ke mana-mana cuma ikut-ikutan tanpa dasar. Nah, untuk itu kita kudu nyari tau prinsip tersebut. Caranya? Dekati dan akrabi Al Qur'an. Pramuka aja punya prinsip “Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan”, masa' sih kita seorang muslim yang merupakan ummat terbaik malah nggak punya prinsip. Malu dong!!!

Lantas apa prinsip kita sebagai Muslim? “Hidup mulia atau mati syahid!”

Bener! Seratus deh buat kamu yang menjawab bener tadi!

Selain itu, pribadi muslim yang gaul tercermin dalam sepuluh sifat. Simak baik-baik yaaa....! Setelah itu diamalkan. Baru deh kalian tepat disebut sebagai insan yang gaul.

  1. Salimul Aqidah (aqidah yang bersih)

Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu kita nggak akan nyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang Muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam" (QS. Al An'am:162).

Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada awal da'wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan taukhid.

Nah, temen-temen semuanya, kalo kalian emang ngebet banget pingin disebut manusia gaul, bersihkan tuh aqidahmu. Jangan melulu membersihkan wajah berjerawat! Oke?

  1. Sahihul Ibadah (ibadah yang benar)

Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini kita bisa nyimpulin bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Muslim yang gaul emang muslim yang punya prinsip. Tapi prinsip kita harus berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah, bukan asal prinsip. Apalagi prinsip berdasar hukum setan dan nafsu. Nggak banget deh!!!

  1. Matinul Khuluq (akhlaq yang kokoh)

Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Pingin kan ngerasain bahagia dunia-akhirat? Nah, karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur'an. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. Al Qalam: 4).

  1. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)

Qowiyyul jismi merupakan satu sisi yang harus ada pada setiap Muslim. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)

Demikian pula Imam Hasan Al Banna berkata bahwa salah satu kewajiban mujahid adalah: ”Hendaklah engkau bersegera melakukan general chek-up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu.”

Gaul itu nggak mudah sakit-sakitan. Setuju???

  1. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)

Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting.Muslim itu nggak boleh lelet, apalagi telmi. Jangan deh!! Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas). Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS Al Baqarah: 219)

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Pasti akan terjadi yang namanya taqlid buta alias berbuat dan berkata tanpa dasar yang jelas. Dan itu jelas nggak dibolehkan dalam Islam.

Oleh karena itu, Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: "samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?"', sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS Az Zumar: 9)

  1. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)

Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang juga harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam.

Rasulullah SAW bersabda: "Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)" (HR. Hakim)

  1. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal 'asri, wallaili dan seterusnya.

Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu". Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

Imam Hasan Al Banna berkata: ”Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia.”

Coba deh direnungkan. Bila seorang Muslim mampu memahami betapa banyak kewajiban yang harus dipikulnya, tentu ia nggak akan pernah menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang nggak berguna.

Sebuah kata bijak barangkali bisa menjadi pedoman. ”Jangan pernah menyia-nyiakan waktumu, karena sesungguhnya tidak ada yang sia-sia di sisi Allah.”

  1. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)

Munazhzhaman fi syuunihi juga termasuk kepribadian seorang muslim yang penting yang ditekankan oleh Al Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.

  1. Qodirun 'Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)

Qodirun 'alal kasbi juga merupakan ciri yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur'an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

  1. Nafi'un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)

Nafi'un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.

Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Qudhy dari Jabir).

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan sunnah. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing. Bahkan hal wajib buat generasi muda yang ngotot banget untuk jadi anak gaul.

Jadi jelas kan, bahwa gaul bukan hanya sekedar nongkrong di mall, belanja sana-sini, sms-an sampe jempol sekarat, bukan juga berpakaian ala Jahiliyyah yang memperlihatkan punggung, paha, bahkan hal lainnya yang seharusnya nggak boleh terlihat.

Wallahu a'lam.